Water testing untuk membedakan jenis dan rasa air di Ekuador tahun 2018/Getty Images
Water testing untuk membedakan jenis dan rasa air di Ekuador tahun 2018/Getty Images
KOMENTAR

PARA orang kaya di berbagai penjuru dunia kini menggemari air putih berharga fantastis yang disebut fine water. Menu air putih ini harga satu botolnya bisa mencapai ratusan dolar Amerika alias jutaan rupiah.

Disebut sebagai fine water karena berasal dari sumber alami mulai dari es yang mencair dari gletser, tetesan kabut, batuan vulkanik, diterbangkan langsung dari Antartika, bahkan diekstrasi langsung dari awan.

Diketahui bahwa setiap air memiliki karakteristik yang berbeda-beda dari tempat asalnya, dan tidak seperti air kemasan pada umumnya, tidak ada proses sama sekali untuk menghasilkan fine water.

Carolyn Roberts, Profesor Lingkungan Hidup di Gresham College, London, berpendapat bahwa menghabiskan ratusan dolar untuk satu botol air adalah tindakan yang tidak etis, sementara jutaan orang kesulitan mendapatkan air bersih.

“Juga, yang lebih penting, ini sangat merusak lingkungan. Plastik kita terurai menjadi mikroplastik, sehingga memerlukan bahan bakar fosil untuk produksinya, atau kaca yang sangat berat dan perlu diangkut ribuan mil dari tempat yang jauh, sehingga menyebabkan dampak yang merusak pada lingkungan, emisi karbon. Jadi, bukan hanya soal uang. Tapi juga soal kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh air bersih,” ungkap Carolyn.

Namun salah satu pendiri Fine Water Society dan Fine Water Academy, Dr. Michael Mascha berargumentasi bahwa mereka menghasilkan air bersih tidak hanya untuk masyarakat kaya karena mereka mendapatkan air berkualitas yang harganya hanya 2 dolar.

Dia juga berpendapat daripada menggunakan air kemasan olahan, tentu lebih baik menggunakan air keran untuk hidrasi.

“Kita sering lupa mengatakan bahwa mendapatkan air keran yang dapat diminum merupakan sebuah keistimewaan yang tidak dapat diperoleh oleh banyak orang di dunia,” tutup Dr. Michael.

Para kritikus menyebut air mahal ini ethically wrong atau tidak etis, mengingat jutaan orang di dunia justru masih kesulitan mengakses air bersih. Data PBB tahun 2022 bahkan mencatat 2,32 miliar warga dunia kekurangan air minum yang diproses dengan aman, termasuk 703 juta orang yang tidak memiliki akses ke air bersih.

Mereka juga menyebut bahwa fine water hanya akal-akalan bisnis, karena faktanya air tetaplah air, dari mana pun sumbernya.

Meskipun dikritik, fine water nyatanya tetap punya penggemar. Bahkan layaknya orang mencicipi minuman anggur (wine testing), ada pula water testing yang bisa membedakan mineral dan rasa antar-air.

"Air bukan sekadar air. Setiap air di dunia ini berbeda dan memiliki rasa yang berbeda," kata Milin Patel, seorang konsultan air dan pelayan air yang mengoperasikan satu toko di London seperti dilaporkan BBC.

Milin mengatakan bahwa dia ingin mengedukasi anak-anak muda untuk ‘menjelajahi’ air tentang berbagai jenis dan rasanya, termasuk air keran dan air kemasan.

Milin mengingatkan bagaimana dulu di bangku sekolah setiap murid belajar tentang siklus hidrologi alami – evaporasi, kondensasi, dan presipitasi. Namun menurut Milin, kita melewatkan satu hal yaitu remineralisasi.

“Jadi, begitu hujan turun ke tanah, mereka akan menyerapnya ke dalam batuan dan tanah yang berbeda untuk menyediakan mineral seperti kalsium, magnesium, kalium, silika, dan lainnya. Proses ini akan menghasilkan air yang terasa seperti mineral,” ujar Milin.

Milin mendapatkan koleksi air yang berbeda dari seluruh dunia, mulai dari air keran hingga air murni yang harganya mencapai £250 (atau 318 USD) alias 5 juta rupiah per botol.




Hari Pendidikan Nasional 2024: Semangat Ki Hajar Dewantara untuk Bergerak Bersama Mencerdaskan Bangsa

Sebelumnya

Bali Tawarkan Pariwisata Baru Kolaborasi Seni, Budaya, dan Inovasi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Horizon